Pengertian Regurgitasi (Gumoh)
Gumoh terjadi seperti ilustrasi yang mengalir kebawah, bisa sedikit (seperti meludah) atau cukup banyak. Bersifat pasif dan spontan. Sedangkan muntah lebih cenderung dalam jumlah banyak dan dengan kekuatan atau tanpa kontraksi lambung (Erlina, 2008)
Gumoh adalah memuntahkan kembali ASI (Air Susu Ibu) yang diminumnya dalam jumlah sedikit sampai cukup banyak setelah menyusu (Muslihatun, 2010). Salah satu cara untuk mengatasi gumoh adalah dengan cara menyendawakan bayi setelah menyusui. Umumnya menyendawakan bayi dilakukan hingga usia 6 bulan (Muslihatun, 2010).
Gumoh merupakan gejala klinis yang paling sering ditemukan pada bayi yang mengalami Refluks Gastroesofagus (RGE). Refluks Gastroesofagus didefinisikan sebagai kembalinya isi lambung ke dalam esophagus secara involunter tanpa adanya usaha dari bayi, sedangkan istilah regurgitasi digunakan apabila isi lambung tersebut dikeluarkan melalui mulut (Deddy dan Badriul, 2009). Gumoh merupakan keluarnya kembali sebagian susu yang telah di telan melalui mulut dan tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes RI, 2006).
Meskipun normal, gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi. Juga kalau terjadinya tidak hanya sesuai makan dan minum saja, tetapi juga saat tidur meski aktivitas makan dan minum sudah dilakukan 3 jam yang lalu. Gumoh yang seperti itu tentu saja harus mendapat perhatian mungkin saja saat itu berat badannya bagus dan bayi masih mau makan dan minum. Dalam kondisi demikian orang tua harus hati-hati agar gumoh tidak berlanjut menjadi patologis yang diistilahkan refluks gastroesophagus, yakni adanya aliran balik dari lambung ke kerongkongan yang menyebabkan kerusakan lapisan dinding kerongkongan. Kerusakan dinding kerongkongan ini disebabkan oleh iritasi lambung yang juga ikut masuk ke dalam kerongkongan. Asam lambung ini mengiritasi daerah kerongkongan yang semula netral akhirnya terluka (Suririnah, 2009).
Akibat selanjutnya, bayi rewel karena apapun yang dimakan dan diminum akan menyebabkan rasa sakit di tenggorokan. Jika tidak di atasi, dia akan menolak makan dan minumnya sehingga asupan nutrisinya berkurang yang kemudian berdampak pada berat badan yang tidak kunjung naik sebagaimana mestinya. Dengan kata lain refluks dapat menyebabkan bayi tidak tumbuh optimal. Jika keadaan ini berlanjut tanpa ada penanganan yang baik di khawatirkan sel-sel di daerah kerongkongan akan berubah menjadi bentuk yang tidak lazim. Sel-sel dengan bentuk tidak lazim ini di khawatirkan akan menjadi faktor timbulnya keganasan di usia dewasa. Dengan demikian gumoh yang sering dan tidak seperti biasanya harus segera di antisipasi dan di tangani karena efeknya memang tidak terlihat semua saat ini, melainkan jangka panjang (Suririnah, 2009)
Langganan:
Postingan (Atom)
1 komentar:
Blognya bermanfaat, tapi Perlu dirapihin lagi
Posting Komentar